Visit on Instagram

Waktu itu saya sedang di rumah, di Petobo, Palu Selatan, berencana liputan gempa di Donggala. Lantas terjadilah gempa itu. Lantas gemuruh itu. Karena depan rumah saya lahan kosong saya lihat sendiri bangunan-bangunan bergerak ke arah rumah saya. Saya lari ke jalan raya, menghindari gerakan tanah, tapi tetap dikejar gulungan tanah dan aspal. Hanya bisa lari sekitar 20 meter, terjatuh 3 kali sampai HP di tangan terlepas dan lenyap. Lompat dari satu bongkahan aspal ke bongkahan lain sampai berpijak di bongkahan yang cukup besar, bersama sekitar 6 orang yang saya tidak kenal. Saat itu gulungan atau gelombang tanah sudah lewat. Bongkahan itu masih sempat goyang karena gempa atau sisa gulungan masih terasa. Sebelum betul-betul tenang, saya peluk sebatang pohon jawa yang sepertinya bergeser dari atas karena setahu saya di daerah sekitar situ tak ada pohon jawa. Begitu tenang, saya lihat-lihat sekitar. Semua sudah berantakan, puing semua, tanah naik ke permukaan. Saya sempat kembali ke rumah, tetapi entah di mana posisinya. Jelang pukul 19.00 saya dan sejumlah korban selamat pelan-pelan berjalan di antara bongkahan tanah dan puing rumah dengan meraba-raba. Saya istirahat sebentar lalu bergabung bersama keluarga Manggarai, Flores. Sejak malam itu kami mengungsi di tenda halaman rumah sebelum pindah ke tempat yang agak tinggi. Oh ya, saya tinggal bersama adik saya, yang sebelum likuefaksi sedang keluar rumah mencari mobil. Awalnya saya duga ia jadi korban -- saya pikir setelah gempa ia barangkali kembali ke rumah untuk mengambil saya. Ternyata ia ikut lari bersama orang-orang lain dan langsung lari ke Desa Sidera, di Sigi. Rumah saya? Reruntuhannya ternyata bergeser kira-kira 50 meter dari lokasi aslinya. Sekarang untuk sementara saya ditugaskan di Kupang, dekat dengan keluarga. .
.
#30 @videl.jemali #orangkompasgramedia
#OrangKG #kompasgramedia
#JO87

Waktu itu saya sedang di rumah, di Petobo, Palu Selatan, berencana liputan gempa di Donggala. Lantas terjadilah gempa itu. Lantas gemuruh itu. Karena depan rumah saya lahan kosong saya lihat sendiri bangunan-bangunan bergerak ke arah rumah saya. Saya lari ke jalan raya, menghindari gerakan tanah, tapi tetap dikejar gulungan tanah dan aspal. Hanya bisa lari sekitar 20 meter, terjatuh 3 kali sampai HP di tangan terlepas dan lenyap. Lompat dari satu bongkahan aspal ke bongkahan lain sampai berpijak di bongkahan yang cukup besar, bersama sekitar 6 orang yang saya tidak kenal. Saat itu gulungan atau gelombang tanah sudah lewat. Bongkahan itu masih sempat goyang karena gempa atau sisa gulungan masih terasa. Sebelum betul-betul tenang, saya peluk sebatang pohon jawa yang sepertinya bergeser dari atas karena setahu saya di daerah sekitar situ tak ada pohon jawa. Begitu tenang, saya lihat-lihat sekitar. Semua sudah berantakan, puing semua, tanah naik ke permukaan. Saya sempat kembali ke rumah, tetapi entah di mana posisinya. Jelang pukul 19.00 saya dan sejumlah korban selamat pelan-pelan berjalan di antara bongkahan tanah dan puing rumah dengan meraba-raba. Saya istirahat sebentar lalu bergabung bersama keluarga Manggarai, Flores. Sejak malam itu kami mengungsi di tenda halaman rumah sebelum pindah ke tempat yang agak tinggi. Oh ya, saya tinggal bersama adik saya, yang sebelum likuefaksi sedang keluar rumah mencari mobil. Awalnya saya duga ia jadi korban -- saya pikir setelah gempa ia barangkali kembali ke rumah untuk mengambil saya. Ternyata ia ikut lari bersama orang-orang lain dan langsung lari ke Desa Sidera, di Sigi. Rumah saya? Reruntuhannya ternyata bergeser kira-kira 50 meter dari lokasi aslinya. Sekarang untuk sementara saya ditugaskan di Kupang, dekat dengan keluarga. . . #30 @videl.jemali #orangkompasgramedia #OrangKG #kompasgramedia #JO87

#30 #orangkompasgramedia #OrangKG #kompasgramedia #JO87

Instagram Follow Adder